Minggu, 23 Agustus 2015

Arsitektur Tradisional Desa Lubuk Siam

Arsitektur Tradisional Desa Lubuk Siam

Lubuk Siam merupakan desa yang masih menunjukkan nuansa tradisional Melayu. Desa ini masuk dalam Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Disini masih banyak kita jumpai rumah-rumah penduduk model panggung dari kayu. Letak desa lebih kurang 17 km dari kota Pekanbaru - Riau. Jika ingin ke desa ini kita pergi lebih dulu ke Teratak Buluh di selatan kota Pekanbaru. Di Teratak Buluh kita berbelok di jalan yang menghiliri sungai Kampar. Sekitar empat kilometer  dari Teratak Buluh ini disitulah Desa Lubuk Siam.


Pada masa pemerintahan Andiko nan 44 di wilayah Kampar, desa ini termasuk dalam negeri Kampar Kanan –Kampar Kiri yang dikenal dengan nama Pintorajo (Karim, 2011). Selanjutnya pada Bab al-Qawa’id Bab yang Pertama, Pasal Delapan memasukkan negeri ini ke Propinsi Pekanbaru yang merupakan bagian dari Kerajaan Siak. Termasuk tiga daerah lain yang berdekatan yaitu; Teratak Buluh, Buluh Cina dan Buluh Nipis. Bab al-Qawa’id disahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 27 April 1893. (Thamrin, 2009)

Menurut legenda yang dituturkan warga, desa ini dinamakan Lubuk Siam karena pada zaman dahulu ada seorang warga desa yang kaya raya. Dia memiliki sebuah guci yang berasal dari Siam (Thailand). Uniknya dari guci ini dapat mengeluarkan uang jika diminta. Alkisah terjadi pertengkaran antara putra-putra si pemilik guci. Pertengkaran itu berakhir karena guci tersebut terlempar ke sebuah lubuk (telaga) dan tenggelam. Daerah itu kemudian dinamakan Lubuk Siam.

Sebagaimana desa-desa dan kota di Riau yang selalu terletak di tepi sungai. Desa Lubuk Siam ini memanjang sejajar Sungai Kampar yang mengalir dari barat ke timur. Disini tumbuh rumah-rumah warga dengan arsitektur lokal. Selain rumah terdapat juga masjid dan musolla, rumah balai, dan kantor desa. Juga terdapat fasilitas-fasiltas tradisional seperti dermaga, kakus ditepi sungai dan lain-lain. Umumnya rumahpanggung  tradisional yang terbuat dari bahan-bahan lokal seperti kayu dengan atap seng. Pada masa lalu biasa digunakan atap dari daun rumbia. Saat ini sebagian masyarakat sudah beralih ke rumah tembok.

Bentuk arsitektur rumah jika dilihat dari tipologi atapnya ada tiga macam. Rumah dengan atap lipat, rumah dengan atap limas dan rumah dengan atap lontik. Ketiga bentuk atap ini merupakan atap khas Melayu Riau. Saat ini rumah atap lontik hanya terlihat satu unit. Itupun sudah terjadi transformasi dengan tambahan atap limas dibagian depan.  Pada bagian depan terdapat tangga masuk dengan tambahan serambi kecil untuk menempatkan barang-barang tamu.

Ruang dalam rumah-rumah di desa ini digunakan sebagai ruang tinggal dan ruang tamu pada rumah induk. Dibagian belakang merupakan bagian servis yaitu dapur, ruang makan dan gudang. Saat ini dibagian samping rumah dibuat ramp untuk menaikkan sepeda motor keatas rumah. Bagian kolong rumah difungsikan sebagai gudang, kandang atau tempat perahu.  Kandang ternak diletakkan jauh dari rumah. Hewan yang biasa diternakkan disini adalah kambing dan ayam. Selain berternak mata pencaharian penduduk adalah berkebun karet atau sawit. Ada juga yang menjadi nelayan di sungai Kampar.


Gambar 1. Rumah panggung atap limas di desa Lubuk Siam.



Gambar 2. Rumah panggung atap lipat di desa Lubuk Siam. Rumah orang yang lebih muda berada dibelakang.



Gambar 3. Denah rumah di desa Lubuk Siam.



Gambar 4. Rumah panggung atap lontiak dengan tambahan atap limas didepan.



Gambar 5. Dapur tradisional yang masih menggunakan kayu api.





Penulis : Ir. Sudarmin, M.T.
Tim Peneliti : Ir. Alfan, M.T., Ir. Sudarmin, M.T.

Daftar Pustaka :
1.       Karim, H.M. Nazir, Prof., Dr., M.A., dan Tim Penelusuran Sejarah Kampar, (2011), “Sejarah Kampar”, Pemerintah Kabupaten Kampar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

2.       Thamrin, Husni (editor0, (2009), “Naskah Historis, Politik dan Tradisi”, Lembaga Penelitian dan Pengembangan UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar