Arsitektur Tradisional Desa Lubuk
Siam
Lubuk Siam merupakan desa yang masih menunjukkan nuansa
tradisional Melayu. Desa ini masuk dalam Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Disini
masih banyak kita jumpai rumah-rumah penduduk model panggung dari kayu. Letak
desa lebih kurang 17 km dari kota Pekanbaru - Riau. Jika ingin ke desa ini kita
pergi lebih dulu ke Teratak Buluh di selatan kota Pekanbaru. Di Teratak Buluh
kita berbelok di jalan yang menghiliri sungai Kampar. Sekitar empat kilometer dari Teratak Buluh ini disitulah Desa Lubuk
Siam.
Pada masa pemerintahan Andiko nan 44 di wilayah Kampar, desa
ini termasuk dalam negeri Kampar Kanan –Kampar Kiri yang dikenal dengan nama
Pintorajo (Karim, 2011). Selanjutnya pada Bab al-Qawa’id Bab yang Pertama,
Pasal Delapan memasukkan negeri ini ke Propinsi Pekanbaru yang merupakan bagian
dari Kerajaan Siak. Termasuk tiga daerah lain yang berdekatan yaitu; Teratak
Buluh, Buluh Cina dan Buluh Nipis. Bab al-Qawa’id disahkan oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda pada 27 April 1893. (Thamrin, 2009)
Menurut legenda yang dituturkan warga, desa ini dinamakan
Lubuk Siam karena pada zaman dahulu ada seorang warga desa yang kaya raya. Dia
memiliki sebuah guci yang berasal dari Siam (Thailand). Uniknya dari guci ini
dapat mengeluarkan uang jika diminta. Alkisah terjadi pertengkaran antara
putra-putra si pemilik guci. Pertengkaran itu berakhir karena guci tersebut
terlempar ke sebuah lubuk (telaga) dan tenggelam. Daerah itu kemudian dinamakan
Lubuk Siam.
Sebagaimana desa-desa dan kota di Riau yang selalu terletak
di tepi sungai. Desa Lubuk Siam ini memanjang sejajar Sungai Kampar yang
mengalir dari barat ke timur. Disini tumbuh rumah-rumah warga dengan arsitektur
lokal. Selain rumah terdapat juga masjid dan musolla, rumah balai, dan kantor
desa. Juga terdapat fasilitas-fasiltas tradisional seperti dermaga, kakus
ditepi sungai dan lain-lain. Umumnya rumahpanggung tradisional yang terbuat dari bahan-bahan
lokal seperti kayu dengan atap seng. Pada masa lalu biasa digunakan atap dari
daun rumbia. Saat ini sebagian masyarakat sudah beralih ke rumah tembok.
Bentuk arsitektur rumah jika dilihat dari tipologi atapnya
ada tiga macam. Rumah dengan atap lipat, rumah dengan atap limas dan rumah
dengan atap lontik. Ketiga bentuk atap ini merupakan atap khas Melayu Riau. Saat
ini rumah atap lontik hanya terlihat satu unit. Itupun sudah terjadi
transformasi dengan tambahan atap limas dibagian depan. Pada bagian depan terdapat tangga masuk
dengan tambahan serambi kecil untuk menempatkan barang-barang tamu.
Ruang dalam rumah-rumah di desa ini digunakan sebagai ruang
tinggal dan ruang tamu pada rumah induk. Dibagian belakang merupakan bagian
servis yaitu dapur, ruang makan dan gudang. Saat ini dibagian samping rumah
dibuat ramp untuk menaikkan sepeda motor keatas rumah. Bagian kolong rumah
difungsikan sebagai gudang, kandang atau tempat perahu. Kandang ternak diletakkan jauh dari rumah.
Hewan yang biasa diternakkan disini adalah kambing dan ayam. Selain berternak
mata pencaharian penduduk adalah berkebun karet atau sawit. Ada juga yang
menjadi nelayan di sungai Kampar.
Gambar 1. Rumah panggung atap limas
di desa Lubuk Siam.
Gambar 2. Rumah panggung atap lipat
di desa Lubuk Siam. Rumah orang yang lebih muda berada dibelakang.
Gambar 3. Denah rumah di desa Lubuk
Siam.
Gambar 4. Rumah panggung atap lontiak
dengan tambahan atap limas didepan.
Gambar 5. Dapur tradisional yang
masih menggunakan kayu api.
Penulis :
Ir. Sudarmin, M.T.
Tim Peneliti
: Ir. Alfan, M.T., Ir. Sudarmin, M.T.
Daftar Pustaka :
1.
Karim, H.M. Nazir, Prof., Dr., M.A., dan Tim
Penelusuran Sejarah Kampar, (2011), “Sejarah Kampar”, Pemerintah Kabupaten
Kampar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
2.
Thamrin, Husni (editor0, (2009), “Naskah
Historis, Politik dan Tradisi”, Lembaga Penelitian dan Pengembangan UIN Sultan
Syarif Kasim Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar