Istana Sahilan
Darussalam yang Penuh Makna
Salah satu peninggalan kerajaan Melayu di Riau pada masa
lalu adalah Istana Sahilan Darussalam. Istana ini terletak di daerah Gunung
Sahilan, Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
Bangunan terbuat dari kayu dengan atap limas dengan bahan seng.
Arsitektur bangunan mencirikan arsitektur campuran Melayu dan Eropa. Maklum
bangunan yang didirikan sekitar tahun 30-an ini, dibangun oleh Pemerintah
Hindia Belanda karena adanya perjanjian kerjasama antara pemerintah Belanda dengan
pihak kerajaan.
Arsitektur Melayu terlihat pada tata ruang dan simbol-simbol
yang terdapat pada istana tersebut. Terdiri atas tiga ruang utama yaitu; ruang
publik dibagian depan rumah ibu (induk), ruang prifat dibagian belakang rumah
ibu (induk) dan ruang tambahan yang
berffungsi servis di bagian belakang. Sayangnya ruang servis sudah tidak ada
lagi dan dibagian belakang dibangun duplikat istana. Tiga buah ruang ini
sebenarnya mensimbolkan “alam nan tigo” yaitu alam basamo, alam samalu dan alam
basamak. Alam basamo (bersama) adalah ruang publik, alam samalu adalah ruang
privat dan alam basamak adalah ruang servis.
Menurut alamarhun Tengku Raflan, pewaris kerajaan yang
sempat kami temui tahun 2010 lalu, bangunan kerajaan ini dahulunya terdiri dari
tiga tingkat. Atapnya berupa atap limas dengan tambahan tiga kubah juga. Angka
tiga ini mensimbolkan “tigo tungku sajorangan” yang bermakna adanya tiga elemen
penunjang kerajaan yaitu tokoh adat, alim ulama dan cerdik pandai.
Atap limas melambangkan bangunan kerajaan seperti dalam
ungkapan berikut :
Bila tertegak rumah limas
tegak pula tuah marwahnya
tegak daulat raja kuasa
tegak martabat datuk-datuk
tegak kuat hulu balang negeri
tegak adat dengan lembaga
tegak undang dengan hukumnya
(Effendi, 1993)
Simbol-simbol juga ditunjukkan pada ornamen-ornamen yang
terdapat pada bangunan. Pada puncak atap
terdapat tunjuk langit dengan iima tingkat hiasan yang melambangkan rukun Islam
dan hubungan manusia dengan tuhan (Hablumminallah) sedangkan pada keempat sudut
atap bagian bawah terdapat hiasan gasing-gasing berbentuk seperti nenas yang
mensimbolkan hubungan dengan sesama manusia (Hablumminnanas). Dibagian listplank terdapat ukiran sepasang
merpati yang mensimbolkan kedamaian dan kehidupan harmonis.
Pada ruang dalam terdapat ornamen kaligrafi di ventilasi.
Sedangkan untuk ruang tidur, ornamen berupa hiasan bunga. Sedangkan pada ruang
lantai dua hiasan pada dinding berupa ornamen kayu tembus berbentuk matahari.
Ruang lantai dua dahulunya digunakan untuk ruang tidur putri raja.
Istana ini baru saja dipugar tahun lalu (2014). Sebelumnya
kondisi istana sudah sangat rusak, terutama bagian belakang bangunan. Renovasi
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi cagar budaya dimana hanya
bagian bangunan yang benar-benar rusak yang diganti, Juga tidak merubah sama
sekali bentuk asal bangunan.
Diluar lingkungan kerajaan terdapat perkampungan. Diantara
rumah penduduk tersebut terdapat rumah sompu atau rumah milik satu pesukuan. Di
daerah Gunung Sahilan terdapat tujuh suku, sehingga rumah sompu juga ada tujuh
buah. Rumah sompu berupa rumah panggung beratap limas. Setiap permasalahan suku
diselesaikan di rumah sompu. Jika tak terselesaikan barulah ke istana kerajaan.
Gambar 1. Istana Kerajaan Gunung Sahilan
sesudah dipugar.
Gambar 2. Gambaran artis istana Gunung Sahilan
pada masa lalu .
Gambar 3. Bagian belakang bangunan yang hancur
sebelum dipugar.
Gambar 4. .Ornamen pada
ventilasi.
Gambar 5. .Ornamen pada
list plank dengan motif ayam berlaga.
Gambar 6. Ornamen dengan
motif kaligrafi pada ventilasi ruang utama.
Ditulis oleh : Ir. Sudarmin, M.T.
Tim Peneliti : Ir. Sudarmin, M.T. Hendri Silva ST., MT., Imbardi ST.,
MT.
Anggota Tim Survey : Rizon, Roni, Rudi.
Daftar Pustaka :
Effendy,
Tenas, (1993), "Lambang dan Falsafah Dalam Arsitektur dan Ragam Hias
Tradisional Melayu Riau", Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar