Sabtu, 15 Agustus 2015

Istana Sahilan Darussalam yang Penuh Makna

Istana Sahilan Darussalam yang Penuh Makna

Salah satu peninggalan kerajaan Melayu di Riau pada masa lalu adalah Istana Sahilan Darussalam. Istana ini terletak di daerah Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar Propinsi Riau.  Bangunan terbuat dari kayu dengan atap limas dengan bahan seng. Arsitektur bangunan mencirikan arsitektur campuran Melayu dan Eropa. Maklum bangunan yang didirikan sekitar tahun 30-an ini, dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda karena adanya perjanjian kerjasama antara pemerintah Belanda dengan pihak kerajaan.


Arsitektur Melayu terlihat pada tata ruang dan simbol-simbol yang terdapat pada istana tersebut. Terdiri atas tiga ruang utama yaitu; ruang publik dibagian depan rumah ibu (induk), ruang prifat dibagian belakang rumah ibu (induk) dan ruang tambahan  yang berffungsi servis di bagian belakang. Sayangnya ruang servis sudah tidak ada lagi dan dibagian belakang dibangun duplikat istana. Tiga buah ruang ini sebenarnya mensimbolkan “alam nan tigo” yaitu alam basamo, alam samalu dan alam basamak. Alam basamo (bersama) adalah ruang publik, alam samalu adalah ruang privat dan alam basamak adalah ruang servis.

Menurut alamarhun Tengku Raflan, pewaris kerajaan yang sempat kami temui tahun 2010 lalu, bangunan kerajaan ini dahulunya terdiri dari tiga tingkat. Atapnya berupa atap limas dengan tambahan tiga kubah juga. Angka tiga ini mensimbolkan “tigo tungku sajorangan” yang bermakna adanya tiga elemen penunjang kerajaan yaitu tokoh adat, alim ulama dan cerdik pandai.
Atap limas melambangkan bangunan kerajaan seperti dalam ungkapan berikut :

Bila tertegak rumah limas
tegak pula tuah marwahnya
tegak daulat raja kuasa
tegak martabat datuk-datuk
tegak kuat hulu balang negeri
tegak adat dengan lembaga
tegak undang dengan hukumnya
(Effendi, 1993)

Simbol-simbol juga ditunjukkan pada ornamen-ornamen yang terdapat pada bangunan.  Pada puncak atap terdapat tunjuk langit dengan iima tingkat hiasan yang melambangkan rukun Islam dan hubungan manusia dengan tuhan (Hablumminallah) sedangkan pada keempat sudut atap bagian bawah terdapat hiasan gasing-gasing berbentuk seperti nenas yang mensimbolkan hubungan dengan sesama manusia (Hablumminnanas).  Dibagian listplank terdapat ukiran sepasang merpati yang mensimbolkan kedamaian dan kehidupan harmonis.

Pada ruang dalam terdapat ornamen kaligrafi di ventilasi. Sedangkan untuk ruang tidur, ornamen berupa hiasan bunga. Sedangkan pada ruang lantai dua hiasan pada dinding berupa ornamen kayu tembus berbentuk matahari. Ruang lantai dua dahulunya digunakan untuk ruang tidur putri raja.
Istana ini baru saja dipugar tahun lalu (2014). Sebelumnya kondisi istana sudah sangat rusak, terutama bagian belakang bangunan. Renovasi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi cagar budaya dimana hanya bagian bangunan yang benar-benar rusak yang diganti, Juga tidak merubah sama sekali bentuk asal bangunan.

Diluar lingkungan kerajaan terdapat perkampungan. Diantara rumah penduduk tersebut terdapat rumah sompu atau rumah milik satu pesukuan. Di daerah Gunung Sahilan terdapat tujuh suku, sehingga rumah sompu juga ada tujuh buah. Rumah sompu berupa rumah panggung beratap limas. Setiap permasalahan suku diselesaikan di rumah sompu. Jika tak terselesaikan barulah ke istana kerajaan.



Gambar 1. Istana Kerajaan Gunung Sahilan sesudah dipugar.






Gambar 2. Gambaran artis istana Gunung Sahilan pada masa lalu .



Gambar 3. Bagian belakang bangunan yang hancur sebelum dipugar.




Gambar 4. .Ornamen pada ventilasi.


Gambar 5. .Ornamen pada list plank dengan motif ayam berlaga.


Gambar 6. Ornamen dengan motif kaligrafi pada ventilasi ruang utama.
Ditulis oleh : Ir. Sudarmin, M.T.
Tim Peneliti : Ir. Sudarmin, M.T. Hendri Silva ST., MT., Imbardi ST., MT.
Anggota Tim Survey : Rizon, Roni, Rudi.

Daftar Pustaka :
Effendy, Tenas, (1993), "Lambang dan Falsafah Dalam Arsitektur dan Ragam Hias Tradisional Melayu Riau", Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Riau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar